Jumat, 23 Maret 2012

24 Maret 2012

11:19 am | My bad room, Bandung

24-3-2012
Saya marah hari ini
Saya tidak suka hari ini
Saya tidak suka sikap Anda
Saya tidak suka dengan diri saya
Saya kesal sekali
Saya ingin menangis

Saya benci karena saya pernah salah
dan kamu tak pernah sembuh
mungkin tak kan pernah
akan sakit terus
sakit terus
hatimu



Your words :')

23:54 pm | my silent room

Entah bagaimana saya bisa memaafkan diri sendiri
Entah bagaimana
Entah bagaimana saya bisa membaca ini...
Isi hatimu, amukanmu?

saya ingin share tentang sebuah pengalaman. saya sedang tidak dalam kondisi galau, tapi jari-jari inilah yang ingin mengetik dari kemaren

21, mendadak menjadi angka yang paling saya benci.
Kalau boleh memilih, angka itu tidak pernah ada dalam daftar angka.
Tidak tahu kata apa yang tepat untuk menggambarkan rasa akan angka itu. Tidak ada kata, dan tak ada lagu yang dapat mewakilinya.

Dia yang pernah dikhianati, tahu seperti apa rasanya dikhianati. Namun, ia melakukan hal itu sendiri.
Anggap saja dia tahu, tapi tidak mengerti. Anggap saja itu sebuah perjalanan dalam hidupnya, kesalahan yang boleh ia lakukan.
Sekarang sudah jauh, bahkan terlalu jauh terlewatkan. Tak tahu akan kah angka itu terulang kembali atau masih ada yang tersisa.
Seakan-akan tidak mau tahu apa yang telah terjadi, tapi justru menyadarkan itu pernah terjadi.
Sadar bahwa itu tidak pernah terhapus, tidak bisa berubah. Masih ada angka-angka lain yang harus dilewati.
Disesali kah? Tidak.| Disyukuri? Berat rasanya.| Diterima? Lebih berat tampaknya.

Namun, harus diakui dengan kejujuran, mungkin itu jawaban yang lebih tepat.
Apalah arti sebuah ketulusan cinta kalau tidak ada kejujuran.
Apalah arti sebuah penerimaan kalau tidak ada kejujuran.
Apalah arti sebuah pengorbanan kalau tidak ada kejujuran.

Apalah arti sebuah cinta, kalau tidak ada kejujuran.
Jujur, bukan pada dia. Tapi diri sendiri terlebih dahulu.
Jujur jika cemburu, jujur jika itu sakit, jujur jika itu hal yang tidak enak, jujur jika dikhianati, jujur jika tidak mencintai.
Jujur jika rindu, jujur jika cinta, jujur jika mengkhianati, jujur jika menyukai.
Saya jujur, jujur kalau saya tidak suka dengan angka 21.
bukan kebahagiaan dan kesenangan. tapi kejujuran.

adakah kebahagiaan tanpa sebuah kejujuran? | adakah kesenangan tanpa sebuah kejujuran? | jika ada, itu namanya kasih yang tersembunyi






Selasa, 20 Maret 2012

Mewakili Perempuan

22:38 pm | my room, Bandung

cuma iseng
gak bisa dibilang cerpen, puisi juga nggak..
cuma rintihan hati, mungkin cenderung ke kecemburuan..

mungkin aku memang biasa aja
tak seperti mereka yang dilihat sekilas indah, mengilas ulang tambah indah, dikilas balik begitu indah..
mungkin awal jumpa 'biasa saja' yang terlontar..
tak seperti mereka yang 'wow', 'gila tuh cewek', 'gue demen nih yang kayak gini'..

terkadang sakit hati kenapa derajat hidup manusia berbeda-beda
terkadang kecewa kenapa ada yang indah ada yang tak indah..
aku lupa apa maksud itu semua, yang pasti seseorang pernah menjelaskanku tentang itu semua..
hanya saja kekecewaanku itu mengalahkan pengetahuanku..
ahhhh..
terkadang sakit hati kalau matanya sering 'berbelanja', bukan maksud hati melarang untuk menikmati ciptaan Tuhan, tapi itu seakan memvonis bahwa yang di sampingnya tak menarik hingga berpindah tatapan ke yang lain..
terkadang ingin marah saat mulutnya memuji wanita lain, bukan menyuruhnya untuk menyangkal kenyataan, tapi aku manusia yang terbakar hatinya jika dihampiri api kecemburuan..

cuma berharap kekuranganku itu tak mengurangi suatu cinta..
karna tak dapat dipungkiri bahwa keinginan manusia itu tak terbatas..
namanya manusia, inginnya yang terbaik..
kalau dia punya cinta, semoga cintanya itu yang mengubah kekuranganku jadi kebaikan di matanya..






Minggu, 18 Maret 2012

Ya, Dia Ibuku...

1:34 am | my silent room, Bandung


Baru pulang jam segini. Sebelumnya, melihat aktivitas tetangga si doi. Terinspirasi...



Mengapa kau menatap demikian?

Ke arahku iba, ke arahnya amarah...
Apa yang menari di benakmu?
Jangan sembarang menyimpul...



Jam berapa ini?

Ya ini sekitar pukul 1(satu) dini hari...

Darimana jam segini?

Kerja, mencari uang untuk susuku, nasinya...
Mengapa selalu diantar lelaki dengan kendaraan berbeda-beda?
Ada yang salah? Ada masalah dengan hidup Anda?
Anaknya masih kecil kok ditinggal-tinggal?
Kalau dia di rumah, kami akan makan apa! Ayahku saja entah dimana, entah siapa!
Seperti dia tak layak tinggal disini!
Tega sekali kau seakan tak pernah berdosa secuil pun
Najis!
Bahkan mulutmu lebih najis dibandingkan dia
Seperti itu Ibu anak yang cantik lugu ini? Kasihan...
Ya, Dia Ibuku. Aku mengasihinya...

Seringkali kita menghakimi mereka yang hidupnya dari harta orang lain
Pelacur, wanita simpanan, apapun itu sebutannya...
Kau tidak lebih baik darinya jika kau menghakiminya
Bukan maunya demikian, sungguh bukan maunya.

Tak seorang pun inginkan berdosa.
Bukan maunya memuaskan hasrat entah siapa mereka
Bahkan untuk meninggalkan anaknya di rumah.

Mungkin yang kau lihat paras cantik mempesona, senyuman pemikat
Percayalah, dalam hati dia remuk.
Dalam hati dia gusar

Kau tak pernah tau apa tujuannya
Kau tak pernah tau maksud kelakuannya
Mungkin senang-senang? Mungkin butuh uang karna gengsi?
Mungkin juga hanya itu yang bisa dilakukan?
Mungkin suaminya pergi entah kemana, dia tak tau harus berbuat apa?
Mungkin pilihannya beradu di ranjang atau esok anaknya terisak lapar?
Mungkin apa saja.
Kau tak pernah tau...
Karenanya jangan mudah menghakimi mereka
Mungkin saja kau tak lebih mulia hatinya dari dia, Ibu anak itu...





Sabtu, 17 Maret 2012

Amukan Hati

11:55 am | my room, Bandung

Aku iri...
Aku iri tiap kali membuka akun social-networkku
Aku iri bila mendapati banyak foto mereka yang bersahabat
Aku iri dengan senyum yang tergurat di wajah cantik-cantik itu
Aku iri dengan chemistry yang terpampang nyata
Aku iri dengan keakraban, kehangatan mereka
Aku iri dengan kesatuan diri bersama
Aku iri...

Sementara aku hanya sosok yang diam di bawah selimut
Yang kupunya hanya keluarga dan kekasih
Teman ku punya, sahabat tidak

Tak ada yang bisa kupahami dan memahamiku
Semua berbeda, bertolak belakang
Ada yang terlalu baik hingga aku merasa jahat
Ada yang terlalu nakal, hingga aku takut mendekat
Kasihannya...

*mengutip tulisanku dulu...

aku boleh bangga dengan kelebihan
aku boleh bangga dengan kemampuan
tapi tak ada yang aku banggakan bila aku sendirian

kesepian bak hitam yang bisa mengalahkan sang putih
lemah..

sepi mampu menarik air itu keluar dari mata sekalipun ia sangat kuat untuk menahannya
sepi mampu menghilangkan akal sehat seseorang untuk mengakhiri hidupnya
sepi mampu membuatku menarikan jemari hingga terciptalah apa yang kau baca ini


bukan aku yang tak butuh sahabat, tapi seakan mereka yang tak butuh aku
aku selalu berusaha memberi yang terbaik, dan memberi senyum yang terindah!
tapi mengapa tak seorang pun mau menerimaku seakan aku ini manusia paling hina yang layak untuk dimusnahkan dari dunia ini...
aku manusia biasa yang butuh sahabat,
aku tak ingin kan hanya menjadi teman di saat aku dibutuhkan...
aku tau betapa banyaknya yang aku berikan hanya untuk mendapatkan sahabat itu, tapi aku menyadari pada akhirnya aku tak mendapatkannya, aku hanya dimanfaatkan.

terkadang pun ada saja mata sinis yang memandangiku seakan telah mengenal jauh,
hanya melihat dari luar ternyata..
bukan aku yang mau, tapi memang Tuhan yang menciptakan mukaku [mungkin] sedikit angkuh...
tapi jangan kau kira aku demikian...
kadang semua tak adil...
kadang harus si cantik yang punya teman, kadang harus si kaya yang punya teman, kadang harus si nakal yang punya teman, lalu kapan si biasa saja punya teman..

kau tau maksud goresan ini?
tak ada, aku hanya mengeluarkan isi hati tanpa kerangka karangan yang rapih...
karna ini bukan karangan...
hanya amukan hati

Senin, 12 Maret 2012

Rintihan Yatim

12:00 am | my silent room, Bandung



Lama tak rasakan sentuhannya
Lama tak dengar suaranya
Lama tak lihat senyumannya
Lama tak terhangatkan pelukannya
Bahkan mungkin belum pernah, takkan pernah

Kami seakan tegar
Cambuk sepi seakan menguatkan kami
Tapi kami rapuh
Kami hancur tatkala melihat mereka merasakannya
Kami pun ingin dibelai, ditimang, dikecup, dipeluk...

Senyum dan tawa hanya pita yang mempercantik kami
Kami acak aduk, kami merintih
Kami iri...

Kami yang lama tak punya Ayah,
bahkan belum pernah merasakan memilikinya,
atau bahkan dia ada tapi entah dimana
Kami merindukannya.