Minggu, 18 Maret 2012

Ya, Dia Ibuku...

1:34 am | my silent room, Bandung


Baru pulang jam segini. Sebelumnya, melihat aktivitas tetangga si doi. Terinspirasi...



Mengapa kau menatap demikian?

Ke arahku iba, ke arahnya amarah...
Apa yang menari di benakmu?
Jangan sembarang menyimpul...



Jam berapa ini?

Ya ini sekitar pukul 1(satu) dini hari...

Darimana jam segini?

Kerja, mencari uang untuk susuku, nasinya...
Mengapa selalu diantar lelaki dengan kendaraan berbeda-beda?
Ada yang salah? Ada masalah dengan hidup Anda?
Anaknya masih kecil kok ditinggal-tinggal?
Kalau dia di rumah, kami akan makan apa! Ayahku saja entah dimana, entah siapa!
Seperti dia tak layak tinggal disini!
Tega sekali kau seakan tak pernah berdosa secuil pun
Najis!
Bahkan mulutmu lebih najis dibandingkan dia
Seperti itu Ibu anak yang cantik lugu ini? Kasihan...
Ya, Dia Ibuku. Aku mengasihinya...

Seringkali kita menghakimi mereka yang hidupnya dari harta orang lain
Pelacur, wanita simpanan, apapun itu sebutannya...
Kau tidak lebih baik darinya jika kau menghakiminya
Bukan maunya demikian, sungguh bukan maunya.

Tak seorang pun inginkan berdosa.
Bukan maunya memuaskan hasrat entah siapa mereka
Bahkan untuk meninggalkan anaknya di rumah.

Mungkin yang kau lihat paras cantik mempesona, senyuman pemikat
Percayalah, dalam hati dia remuk.
Dalam hati dia gusar

Kau tak pernah tau apa tujuannya
Kau tak pernah tau maksud kelakuannya
Mungkin senang-senang? Mungkin butuh uang karna gengsi?
Mungkin juga hanya itu yang bisa dilakukan?
Mungkin suaminya pergi entah kemana, dia tak tau harus berbuat apa?
Mungkin pilihannya beradu di ranjang atau esok anaknya terisak lapar?
Mungkin apa saja.
Kau tak pernah tau...
Karenanya jangan mudah menghakimi mereka
Mungkin saja kau tak lebih mulia hatinya dari dia, Ibu anak itu...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar